3 Magic Words At Night
Dalam gelap, aku hanya ingin berkata, “Selamat Ulang Tahun”…
***
Aku tau, aku besok sekolah. Aku tau, aku besok ada ulangan, di pelajaran yang tidak begitu aku kuasai. Namun, aku tak menghiraukannya sebagai sesuatu hal yang penting, lebih penting daripada semua ini. Menurutku.
Pancaran lampu kamarku seolah tak ku hiraukan. Mataku terus tertuju pada layar laptopku. Aku memandangnya , hanya disini saja. Tak hanya itu, hanya sebagai sebuah kamuflase, aku membuka beberapa buku pelajaranku. Supaya, kalau-kalau orangtua maupun adik-adikku masuk kamarku ini, aku terlihat sedang belajar atau mengerjakan sesuatu yang dikerjakan di laptop. Mereka akan mengetahuinya, aku sedang mengerjakan tugas.
Selain itu , aku mendengarkan musik lewat earphone. Seolah musik itu pengiringku untuk mengantarkan tiga kata ajaib ini. Aku sudah menunggunya , karena aku hanya bisa mengatakan ini kurang lebih setahun sekali.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.22. Ow, 22 adalah tanggal kelahiranku. Agak dipaksakan memang, namun nyata. Tinggal menunggu sekitar satu setengah jam lagi untuk menyampaikannya. Aku tidak sabar. Senyumku terkembang lagi.
Aku memang sudah terbiasa begadang. Namun, hari ini sungguh melelahkan buatku. Agaknya mataku sudah meminta untuk diistirahatkan. Sabar yaa, tinggal sebentar lagi untuk menyampaikan 3 kata ajaib.
“Hei, kamu nggak tidur ? Udah jam setengah dua belas lho”
Deg. Ah, rupaya ayahku. Ayahku yang seorang pelaut itu mengagetkan saja. Aku mengangkat kepalaku ke sisi sebelah kiri atas, tempat jam bergambar Mickey Mouse-ku bersemayam.
“Belum, Yah, lah ? Masih jam setengah sebelas kok” jawabku setengah grogi. Perihal, background laptopku adalah dia yang ingin kuberi 3 kata ajaib itu. Ah, jadi salah tingkah.
“Lho ? Berarti jam kamar Ayah salah ya ?”
Aku mengangguk, tersenyum, “Iya kali”
“Oh yaudah ntar cepetan tidur ya. Jangan terlalu larut”
“Oke, Yah”
Mataku mengekori langkah Ayah sampai tubuhnya menghilang dari jangkauan mataku. Aku tersenyum lagi. Ayolah, berjalanlah sedikit lebih cepat. Aku ingin segera menyampaikannya, sebelum mataku ini benar-benar terlelap.
Hup.
Aku mengangkat kepalaku . Ah, aku terlelap sebentar. Ayolah, ini hanya 3 kata. Dan , aku ingin menjadi yang pertama, sampai yang terakhir.
Ah ya, aku mematikan laptopku. Aku sudah terlanjur berjanji kepada seorang temanku yang ‘kekasihnya’ juga berulang tahun esok hari. Lantas aku meraih ponselku dan membuka situs jejaring social.
Sambil menunggu ‘loading’ yang tertera, aku memikirkan ulang apa yang aku lakukan saat ini. Yah, 5 tahun sudah, hampir 6 tahun malah, aku hanya menunggunya. Mending kalau sebuah penantian itu dengan kepastian. Aku ? Tak ada kepastian sama sekali.
Dan aku hanya bisa mengira-ngira sendiri dengan kelakuannya.
Ternyata lebih sulit dari yang kubayangkan. Tak ada tanda-tanda bahwa ia menyukaiku atau tidak. Tak ada yang pernah tau, tak ada yang dapat mengira. Bahkan tak ada juga tanda ia bisa menyukai seorang perempuan seperti yang pernah ia sampaikan padaku. Aku ingin tau.
Ah, sial. Pulsaku tidak mencukupi untuk membuka internet. Kesal sekali. Aku mengetik sebuah pesan singkat, bahwa aku hanya bisa menemaninya lewat pesan singkat ini. Aku tidak ada pulsa untuk internetan.
Sambil menunggu waktu yang hanya satu jam lagi, aku menemani temanku itu. Kami berdua punya kesamaan, orang yang kami suka sama-sama berulang tahun besok. Namun bedanya, temanku itu telah mempunyai ‘status’ dan aku tidak sama sekali. Nampaknya temanku itu telah lebih dulu terlelap, jelasnya ia tidak membalas panggilanku di sms maupun lewat jejaring social.
Kalau soal ‘status’ , kini aku mulai mengerti. Dibilang dekat, tidak. Dibilang tidak dekat, juga tidak. Perihal aku dan orang yang ingin kuberi 3 kata ajaib itu kadang nyambung, kadang tidak nyambung kalau berbicara. Membuat bingung sendiri. Teman biasa, mungkin itu kata yang pas.
Jam menununjukkan pukul 23.29 . Tinggal bertahan setengah jam lagi. Aku merebahkan badanku ke kasur, ah, nyaman sekali disini. Aku menarik guling kesayanganku, meraih selimut. Kalau sudah dalam posisi seperti ini, aku bisa bisa terlelap dengan cepat, belum lagi hawa AC yang bersuhu kecil ini menimbulkan hawa sejuk. Membuat mataku segan untuk bertahan.
Aku membuka aplikasi lagu pada ponselku, menyolokkan earphone , lalu mengaitkan kedua ujung earphone itu di kedua telingaku. Aku mengetik sebuah pesan singkat kepadanya. Sebuah ejekan halus untuknya.
Sambil menunggunya membalas, aku membuka internet lagi. Kulihat berbagai update teman-temanku. Ah ini, aku menemukan satu lagi orang yang suka padanya. Banyak sekali rupanya teman seperjuangan untuk mendapatkannya. Hebat, sejauh ini aku sudah menemukan 4 orang yang mengagumimu, fikirku.
Ponselku bergetar. Kututup sebentar aplikasi internetku, membuka sebuah pesan singkat yang masuk. Senyumku mengembang, sebuah pesan singkat darinya. Segera kuketik balasan untuknya, tentunya sambil membayangkan wajahnya.
Mau tau apa isi pesanku ?
‘Disana jam berapa ?’
Begitulah. Aku hanya ingin menyamakan waktuku dengannya. Nggak lucu juga kan kalau aku kecepatan. Disini, sudah jam 23.49. Tinggal 11 menit lagi untuk menyampaikannya.
Waktu terus berjalan, dan selama sebelas menit menuju harinya, ia tidak membalas pesanku. Aku memutuskan untuk menghentikan pembicaraan kami sejenak. Tidak mendesaknya untuk segera membalas.
23.59
Akhirnya, aku segera mengetik pesan singkat untuknya. Agak frontal untuk sebuah hubungan yang tidak pasti, namun tetap ku kirim.
00.00
Selamat ulang tahun .You’re 15 years old now.
Semoga apa yang lo pengen tercapai di umur 15 tahun ini. Apa yang baik di diri lo, makin baik. Yang buruk, jadi baik. Makin baik, makin cakep, makin berbakti, makin pinter. Nggak nge-sok.
Udah itu aja
Sekali lagi,
Selamat ulang tahun.
Bukan benar benar pesan singkat, namun itu yang aku mau. Aku menutup mataku, tugasku selesai, batinku.
Sebuah getar membuat kelopak mataku bergerak kembali. Tidak sampai lebih dari dua menit ia membalas ucapanku. Aku tertawa kecil, benar kan aku terlampau cepat.
Sepertinya kecepetan
Ah, mengapa perbedaan jam kami itu konyol. Kita ada di satu kota, tapi berbeda jam.
Tapi di hape gue udah tanggal 11. Makanya tadi gue nanya jam berapa , biar pas waktunya. Disana jam berapa ?
Aku mendecakkan lidah ketika melihat sebuah ruang kosong pada sinyal di ponselku.
Sial, ngga ada sinyal kan. Aku berdiri, mengacung-acungkan ponselku ke atas. Aku terus menahan ponselku dan ku ayunkan. Ayolah, sinyal.
Dengan pesat sinyal naik. Alhamdulillah, akhirnya ada sinyal juga.
Ponselku bergetar kembali, pasti pesan singkat darinya. Kan, benar.
Masih 2 menit lagi
Tapi makasih ya
Sial, padahal cuma beda 2 menit saja. Aku sengaja tidak membalasnya dulu, biar aku menunggu 2 menit itu. Agar lebih tepat , sesuai dengan ponselnya.
Aku tersenyum. 2 menit berlalu sudah, segera aku mengetik sebuah ucapan, lagi.
Udah 2 menit kan ?
Selamat ulang tahun.
3 kata ajaib, 3 kata penuh makna, 3 kata dengan doa, 3 kata diiringi harapan
Aku tersenyum lagi. Nah, selesai sudah.
Mulutku agak terbuka, kusegerakan jemariku untuk menutupinya. Aku kembali ke tempat tidurku, meraih gulingku serta berselimut dibawah bed cover Mickey Mouse-ku.
Mataku sudah hampir terlelap sempurna, namun sebuah getar membangunkanku. Ah, mataku ini sudah lelah untuk terbuka. Aku kembali meraih ponselku, membaca sebuah pesan singkat.
Amin
Ya makasih
Hem. Ternyata dari dia. Agak malas, ku ketikkkan lagi beberapa rangkaian kata. Terakhir untuk malam ini.
Ya sama sama. Yaudah gue tidur dulu dah, misi terselesaikan haha
Sudah sudah. Aku ingin tidur sekarang. Sesaat ingin terpejam, ponselku kembali bergetar.
Ya, sip
Yah, selesai sudah misiku. Aku harus segera terlelap. Kembali ke alam mimpi, kembali menemuinya di dalam mimpi. Aku menutup mataku, tak lupa mengucapkan namanya, berdoa pada yang kuasa. Tak lupa jua menyalakan alarm supaya bisa bangun tepat waktu.
bismika allahumma ahya wa bismika amut
***
Walaupun melelahkan, aku bahagia di tengah malam yang gelap ini.
Bagaimanapun juga, aku menemani saat saat terakhirnya di umur 14 tahun dan berhasil menjadi orang pertama yang mengucapkan 3 kata ajaib itu kepadanya. Itu semua telah cukup untuk membuatku puas malam ini.
Dan selama saat terakhir itu, aku mencoba sedikit mengubahnya. Namun, aku mendapatkan suatu hal. Aku memang tidak bisa dan tidak akan pernah bisa untuk mengubahnya. Aku sadar akan hal itu.
Karenanya, aku menerima ia apa adanya, tanpa terkecuali. Karena memang, aku suka padanya. Aku bersedia mengikuti apa yang ia mau. Aku tau, aku berlebihan. Namun inilah aku.
Tahun depan,di zona yang sama, di tanggal yang sama , aku akan mengucapkan sama seperti ini, dengan yang lebih istimewa daripada ini. Masih dengan harapan yang makin besar dan tumbuh dengan subur.
Terima kasih, kau membuatku mengerti.
Bagaimanapun juga kau yang membuatku untuk lebih sabar akan banyak hal. Juga kau yang membuatku menjaga hatiku. Kau juga yang membuatku hidupku lebih berwarna dan bercahaya. Tawa, tangis, senyum, muram, senang, sedih, suka, duka aku rasakan selama ini dengan harapan yang amat sangat besar terhadapmu.
Ya Allah, perrtemukanlah aku , dekatkan aku, satukan aku dengannya saat ini, nanti, dan di masa depan. Selamanya.
***
Maaf yang sebesar-besarnya buat Kak Anin. yaampun kak bener kan hampir sama -___-
Beneran deh ini dibuat sesuai kenyataan pada malam tadi. Sumpah deh ngga boong.
Mana ngga jelas pula, frontal, aneh, bahasanya wow hancur banget.
Ngebut pula bikinnya.
Sekali lagi maaf, buat yang udah terlibat disini.
Maaf kalauf frontal, cuma pengen ngungkapin isi hati doang. Nggak ada niat plagiat, nggak ada niat copycat, nggak ada niat macem-macem kecuali menyalurkan apa yang ada di otak dan mengembangkan lagi keisengan ini.
Kritik, saran, hubungi 14045. Hahaha :p
***
Aku tau, aku besok sekolah. Aku tau, aku besok ada ulangan, di pelajaran yang tidak begitu aku kuasai. Namun, aku tak menghiraukannya sebagai sesuatu hal yang penting, lebih penting daripada semua ini. Menurutku.
Pancaran lampu kamarku seolah tak ku hiraukan. Mataku terus tertuju pada layar laptopku. Aku memandangnya , hanya disini saja. Tak hanya itu, hanya sebagai sebuah kamuflase, aku membuka beberapa buku pelajaranku. Supaya, kalau-kalau orangtua maupun adik-adikku masuk kamarku ini, aku terlihat sedang belajar atau mengerjakan sesuatu yang dikerjakan di laptop. Mereka akan mengetahuinya, aku sedang mengerjakan tugas.
Selain itu , aku mendengarkan musik lewat earphone. Seolah musik itu pengiringku untuk mengantarkan tiga kata ajaib ini. Aku sudah menunggunya , karena aku hanya bisa mengatakan ini kurang lebih setahun sekali.
Jam sudah menunjukkan pukul 22.22. Ow, 22 adalah tanggal kelahiranku. Agak dipaksakan memang, namun nyata. Tinggal menunggu sekitar satu setengah jam lagi untuk menyampaikannya. Aku tidak sabar. Senyumku terkembang lagi.
Aku memang sudah terbiasa begadang. Namun, hari ini sungguh melelahkan buatku. Agaknya mataku sudah meminta untuk diistirahatkan. Sabar yaa, tinggal sebentar lagi untuk menyampaikan 3 kata ajaib.
“Hei, kamu nggak tidur ? Udah jam setengah dua belas lho”
Deg. Ah, rupaya ayahku. Ayahku yang seorang pelaut itu mengagetkan saja. Aku mengangkat kepalaku ke sisi sebelah kiri atas, tempat jam bergambar Mickey Mouse-ku bersemayam.
“Belum, Yah, lah ? Masih jam setengah sebelas kok” jawabku setengah grogi. Perihal, background laptopku adalah dia yang ingin kuberi 3 kata ajaib itu. Ah, jadi salah tingkah.
“Lho ? Berarti jam kamar Ayah salah ya ?”
Aku mengangguk, tersenyum, “Iya kali”
“Oh yaudah ntar cepetan tidur ya. Jangan terlalu larut”
“Oke, Yah”
Mataku mengekori langkah Ayah sampai tubuhnya menghilang dari jangkauan mataku. Aku tersenyum lagi. Ayolah, berjalanlah sedikit lebih cepat. Aku ingin segera menyampaikannya, sebelum mataku ini benar-benar terlelap.
Hup.
Aku mengangkat kepalaku . Ah, aku terlelap sebentar. Ayolah, ini hanya 3 kata. Dan , aku ingin menjadi yang pertama, sampai yang terakhir.
Ah ya, aku mematikan laptopku. Aku sudah terlanjur berjanji kepada seorang temanku yang ‘kekasihnya’ juga berulang tahun esok hari. Lantas aku meraih ponselku dan membuka situs jejaring social.
Sambil menunggu ‘loading’ yang tertera, aku memikirkan ulang apa yang aku lakukan saat ini. Yah, 5 tahun sudah, hampir 6 tahun malah, aku hanya menunggunya. Mending kalau sebuah penantian itu dengan kepastian. Aku ? Tak ada kepastian sama sekali.
Dan aku hanya bisa mengira-ngira sendiri dengan kelakuannya.
Ternyata lebih sulit dari yang kubayangkan. Tak ada tanda-tanda bahwa ia menyukaiku atau tidak. Tak ada yang pernah tau, tak ada yang dapat mengira. Bahkan tak ada juga tanda ia bisa menyukai seorang perempuan seperti yang pernah ia sampaikan padaku. Aku ingin tau.
Ah, sial. Pulsaku tidak mencukupi untuk membuka internet. Kesal sekali. Aku mengetik sebuah pesan singkat, bahwa aku hanya bisa menemaninya lewat pesan singkat ini. Aku tidak ada pulsa untuk internetan.
Sambil menunggu waktu yang hanya satu jam lagi, aku menemani temanku itu. Kami berdua punya kesamaan, orang yang kami suka sama-sama berulang tahun besok. Namun bedanya, temanku itu telah mempunyai ‘status’ dan aku tidak sama sekali. Nampaknya temanku itu telah lebih dulu terlelap, jelasnya ia tidak membalas panggilanku di sms maupun lewat jejaring social.
Kalau soal ‘status’ , kini aku mulai mengerti. Dibilang dekat, tidak. Dibilang tidak dekat, juga tidak. Perihal aku dan orang yang ingin kuberi 3 kata ajaib itu kadang nyambung, kadang tidak nyambung kalau berbicara. Membuat bingung sendiri. Teman biasa, mungkin itu kata yang pas.
Jam menununjukkan pukul 23.29 . Tinggal bertahan setengah jam lagi. Aku merebahkan badanku ke kasur, ah, nyaman sekali disini. Aku menarik guling kesayanganku, meraih selimut. Kalau sudah dalam posisi seperti ini, aku bisa bisa terlelap dengan cepat, belum lagi hawa AC yang bersuhu kecil ini menimbulkan hawa sejuk. Membuat mataku segan untuk bertahan.
Aku membuka aplikasi lagu pada ponselku, menyolokkan earphone , lalu mengaitkan kedua ujung earphone itu di kedua telingaku. Aku mengetik sebuah pesan singkat kepadanya. Sebuah ejekan halus untuknya.
Sambil menunggunya membalas, aku membuka internet lagi. Kulihat berbagai update teman-temanku. Ah ini, aku menemukan satu lagi orang yang suka padanya. Banyak sekali rupanya teman seperjuangan untuk mendapatkannya. Hebat, sejauh ini aku sudah menemukan 4 orang yang mengagumimu, fikirku.
Ponselku bergetar. Kututup sebentar aplikasi internetku, membuka sebuah pesan singkat yang masuk. Senyumku mengembang, sebuah pesan singkat darinya. Segera kuketik balasan untuknya, tentunya sambil membayangkan wajahnya.
Mau tau apa isi pesanku ?
‘Disana jam berapa ?’
Begitulah. Aku hanya ingin menyamakan waktuku dengannya. Nggak lucu juga kan kalau aku kecepatan. Disini, sudah jam 23.49. Tinggal 11 menit lagi untuk menyampaikannya.
Waktu terus berjalan, dan selama sebelas menit menuju harinya, ia tidak membalas pesanku. Aku memutuskan untuk menghentikan pembicaraan kami sejenak. Tidak mendesaknya untuk segera membalas.
23.59
Akhirnya, aku segera mengetik pesan singkat untuknya. Agak frontal untuk sebuah hubungan yang tidak pasti, namun tetap ku kirim.
00.00
Selamat ulang tahun .You’re 15 years old now.
Semoga apa yang lo pengen tercapai di umur 15 tahun ini. Apa yang baik di diri lo, makin baik. Yang buruk, jadi baik. Makin baik, makin cakep, makin berbakti, makin pinter. Nggak nge-sok.
Udah itu aja
Sekali lagi,
Selamat ulang tahun.
Bukan benar benar pesan singkat, namun itu yang aku mau. Aku menutup mataku, tugasku selesai, batinku.
Sebuah getar membuat kelopak mataku bergerak kembali. Tidak sampai lebih dari dua menit ia membalas ucapanku. Aku tertawa kecil, benar kan aku terlampau cepat.
Sepertinya kecepetan
Ah, mengapa perbedaan jam kami itu konyol. Kita ada di satu kota, tapi berbeda jam.
Tapi di hape gue udah tanggal 11. Makanya tadi gue nanya jam berapa , biar pas waktunya. Disana jam berapa ?
Aku mendecakkan lidah ketika melihat sebuah ruang kosong pada sinyal di ponselku.
Sial, ngga ada sinyal kan. Aku berdiri, mengacung-acungkan ponselku ke atas. Aku terus menahan ponselku dan ku ayunkan. Ayolah, sinyal.
Dengan pesat sinyal naik. Alhamdulillah, akhirnya ada sinyal juga.
Ponselku bergetar kembali, pasti pesan singkat darinya. Kan, benar.
Masih 2 menit lagi
Tapi makasih ya
Sial, padahal cuma beda 2 menit saja. Aku sengaja tidak membalasnya dulu, biar aku menunggu 2 menit itu. Agar lebih tepat , sesuai dengan ponselnya.
Aku tersenyum. 2 menit berlalu sudah, segera aku mengetik sebuah ucapan, lagi.
Udah 2 menit kan ?
Selamat ulang tahun.
3 kata ajaib, 3 kata penuh makna, 3 kata dengan doa, 3 kata diiringi harapan
Aku tersenyum lagi. Nah, selesai sudah.
Mulutku agak terbuka, kusegerakan jemariku untuk menutupinya. Aku kembali ke tempat tidurku, meraih gulingku serta berselimut dibawah bed cover Mickey Mouse-ku.
Mataku sudah hampir terlelap sempurna, namun sebuah getar membangunkanku. Ah, mataku ini sudah lelah untuk terbuka. Aku kembali meraih ponselku, membaca sebuah pesan singkat.
Amin
Ya makasih
Hem. Ternyata dari dia. Agak malas, ku ketikkkan lagi beberapa rangkaian kata. Terakhir untuk malam ini.
Ya sama sama. Yaudah gue tidur dulu dah, misi terselesaikan haha
Sudah sudah. Aku ingin tidur sekarang. Sesaat ingin terpejam, ponselku kembali bergetar.
Ya, sip
Yah, selesai sudah misiku. Aku harus segera terlelap. Kembali ke alam mimpi, kembali menemuinya di dalam mimpi. Aku menutup mataku, tak lupa mengucapkan namanya, berdoa pada yang kuasa. Tak lupa jua menyalakan alarm supaya bisa bangun tepat waktu.
bismika allahumma ahya wa bismika amut
***
Walaupun melelahkan, aku bahagia di tengah malam yang gelap ini.
Bagaimanapun juga, aku menemani saat saat terakhirnya di umur 14 tahun dan berhasil menjadi orang pertama yang mengucapkan 3 kata ajaib itu kepadanya. Itu semua telah cukup untuk membuatku puas malam ini.
Dan selama saat terakhir itu, aku mencoba sedikit mengubahnya. Namun, aku mendapatkan suatu hal. Aku memang tidak bisa dan tidak akan pernah bisa untuk mengubahnya. Aku sadar akan hal itu.
Karenanya, aku menerima ia apa adanya, tanpa terkecuali. Karena memang, aku suka padanya. Aku bersedia mengikuti apa yang ia mau. Aku tau, aku berlebihan. Namun inilah aku.
Tahun depan,di zona yang sama, di tanggal yang sama , aku akan mengucapkan sama seperti ini, dengan yang lebih istimewa daripada ini. Masih dengan harapan yang makin besar dan tumbuh dengan subur.
Terima kasih, kau membuatku mengerti.
Bagaimanapun juga kau yang membuatku untuk lebih sabar akan banyak hal. Juga kau yang membuatku menjaga hatiku. Kau juga yang membuatku hidupku lebih berwarna dan bercahaya. Tawa, tangis, senyum, muram, senang, sedih, suka, duka aku rasakan selama ini dengan harapan yang amat sangat besar terhadapmu.
Ya Allah, perrtemukanlah aku , dekatkan aku, satukan aku dengannya saat ini, nanti, dan di masa depan. Selamanya.
***
Maaf yang sebesar-besarnya buat Kak Anin. yaampun kak bener kan hampir sama -___-
Beneran deh ini dibuat sesuai kenyataan pada malam tadi. Sumpah deh ngga boong.
Mana ngga jelas pula, frontal, aneh, bahasanya wow hancur banget.
Ngebut pula bikinnya.
Sekali lagi maaf, buat yang udah terlibat disini.
Maaf kalauf frontal, cuma pengen ngungkapin isi hati doang. Nggak ada niat plagiat, nggak ada niat copycat, nggak ada niat macem-macem kecuali menyalurkan apa yang ada di otak dan mengembangkan lagi keisengan ini.
Kritik, saran, hubungi 14045. Hahaha :p
hihi..ada nama aku :)
BalasHapusno, you're not a plagiator sist..
we just have a same story..
aku suka, karena aku tahu, kamu nulis ini jujur dari hati kamu ..
keep writting :))
thank you very much sist..
BalasHapusiya kak, ini jujur dari hati aku. makasih kak :)
keren na...
BalasHapusmakasih alfiani :)
BalasHapusoiya folllow gw yaw
BalasHapussip ya
BalasHapus